Daftar Isi.
- Pendahuluan.
- Etika Memanggil Nabi SAW.
- Etika Berbicara dengan Nabi SAW.
- Etika Mengadakan Pembicaraan Khusus dengan Nabi SAW.
- Etika Meninggalkan Majelis Nabi SAW.
- Menghaturkan Shalawat atas Nabi SAW.
- Penutup.
Pendahuluan.
Rasulullah Muhammad SAW memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam sebagai pembawa risalah terakhir. Allah SWT menekankan pentingnya menjaga adab dan etika terhadap Rasulullah SAW, baik dalam berbicara, berinteraksi, maupun memperlakukan beliau. Etika ini bertujuan untuk menjaga kehormatan Rasulullah serta mempererat keimanan umat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Etika Memanggil Nabi SAW.
Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk tidak memanggil Rasulullah dengan cara yang biasa digunakan untuk sesama manusia.
“Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu pada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
.Surat An-Nuur Ayat 63.
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga sopan santun dan penghormatan dalam berinteraksi dengan Rasulullah SAW.
Etika Berbicara dengan Nabi SAW.
Ketika berbicara kepada Rasulullah, umat Islam dianjurkan untuk tidak mengeraskan suara dan menggunakan bahasa yang baik.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, agar tidak sia-sia (pahala) amalmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”
Surat Al-Hujurat Ayat 2.
Sikap ini mencerminkan penghormatan yang mendalam kepada Rasulullah SAW.
Etika Mengadakan Pembicaraan Khusus dengan Nabi SAW.
Allah memerintahkan umat Islam untuk bersedekah sebelum mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasulullah SAW.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Surat Al-Mujaadilah Ayat 12.
Hal ini menunjukkan pentingnya kesungguhan dan rasa hormat dalam setiap interaksi dengan Nabi SAW.
Etika Meninggalkan Majelis Nabi SAW.
Ketika berada di majelis Rasulullah, umat Islam diharapkan meminta izin terlebih dahulu sebelum meninggalkan majelis.
“Sesungguhnya sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.”
.Surat An-Nuur Ayat 62.
Adab ini mencerminkan sikap hormat dan kepatuhan terhadap Rasulullah SAW.
Menghaturkan Shalawat atas Nabi SAW.
Allah memerintahkan umat Islam untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk penghormatan dan doa.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Surat Al-Ahzab Ayat 56.
Shalawat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sekaligus menambah kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Penutup.
Menjaga etika terhadap Rasulullah SAW adalah cerminan keimanan sejati kepada Allah. Rasulullah tidak hanya menjadi panutan dalam kehidupan duniawi, tetapi juga pembimbing menuju kebahagiaan akhirat. Dengan memahami dan mengamalkan etika-etika ini, kita dapat menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW.