Daftar Isi.
- Pendahuluan.
- Perintah Allah untuk Berdakwah.
- Dialog Nabi Musa AS dengan Fir’aun.
- Mukjizat Nabi Musa AS.
- Keangkuhan Fir’aun.
- Hukuman bagi Fir’aun dan Kaumnya.
- Penutup.
Pendahuluan.
Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS adalah salah satu kisah yang penuh pelajaran. Dakwah mereka kepada Fir’aun, seorang pemimpin yang sangat sombong dan lalim, menggambarkan perjuangan menghadapi tirani dan kezaliman. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun AS untuk mengajak Fir’aun serta kaumnya kepada jalan yang benar, menyampaikan ayat-ayat-Nya, dan membebaskan Bani Israil dari perbudakan.
Perintah Allah untuk Berdakwah.
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk pergi kepada Fir’aun dan menyampaikan risalah tauhid. Dalam Surat Thaahaa Ayat 45-48 disebutkan:
“Berkatalah mereka berdua: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.’ Allah berfirman: ‘Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.'”
Fir’aun adalah simbol dari kekuasaan yang sombong. Nabi Musa AS diperintahkan untuk menyampaikan kebenaran, meskipun risiko penolakan dan ancaman sangat besar.
Dialog Nabi Musa AS dengan Fir’aun.
Saat bertemu Fir’aun, Nabi Musa AS menyampaikan pesan Allah dengan penuh hikmah. Salah satu dialognya tercatat dalam Surat Thaahaa Ayat 49-50:
“Fir’aun berkata: ‘Maka siapa Tuhan kamu berdua, hai Musa?’ Musa berkata: ‘Tuhan kami ialah yang telah memberikan kepada setiap sesuatu bentuk kejadiannya, lalu memberinya petunjuk.'”
Dialog ini menunjukkan pentingnya argumen rasional dalam menyampaikan dakwah.
Mukjizat Nabi Musa AS.
Untuk membuktikan kerasulannya, Nabi Musa AS diberikan mukjizat, seperti tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya. Dalam Surat Al-A’raaf Ayat 107-108 disebutkan:
“Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya.”
Mukjizat ini adalah bukti nyata kebenaran risalah Nabi Musa AS yang tak bisa ditiru oleh manusia biasa.
Keangkuhan Fir’aun.
Meskipun telah melihat mukjizat, Fir’aun tetap angkuh dan menuduh Nabi Musa AS sebagai penyihir. Dalam Surat Al-Qashash Ayat 36 disebutkan:
“Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata: ‘Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat.'”
Keangkuhan Fir’aun membutakan hatinya dari kebenaran.
Hukuman bagi Fir’aun dan Kaumnya.
Karena terus-menerus menolak kebenaran, Fir’aun dan kaumnya akhirnya dihukum oleh Allah dengan berbagai bencana, seperti topan, belalang, kutu, katak, dan darah. Dalam Surat Al-A’raaf Ayat 133 disebutkan:
“Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri.”
Puncaknya adalah ditenggelamkannya Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah.
Penutup.
Kisah dakwah Nabi Musa AS dan Harun AS memberikan pelajaran penting tentang keberanian dalam menyampaikan kebenaran, hikmah dalam berdialog, dan bahaya kesombongan serta penolakan terhadap kebenaran. Kisah ini juga mengingatkan bahwa Allah selalu menolong hamba-hamba-Nya yang beriman.