Skip to content Skip to footer

Para Pemilik Kebun

Daftar Isi.

  • Pendahuluan.
  • Para Pemilik Kebun Meyakini akan Memanen Kebun.
  • Kebun Ditimpa Malapetaka Ketika Mereka Sedang Tidur.
  • Para Pemilik Kebun Berangkat Pagi-pagi untuk Panen.
  • Para Pemilik Kebun Kecewa Saat Melihat Kebun Hancur.
  • Para Pemilik Kebun Dinasihati agar Bertasbih.
  • Para Pemilik Kebun Saling Menyalahkan.
  • Para Pemilik Kebun Sadar dan Berdoa.

Pendahuluan.

Kisah para pemilik kebun adalah salah satu pelajaran yang disebutkan dalam Surat Al Qalam Ayat 17-33. Kisah ini mengandung banyak pelajaran tentang pentingnya berbagi, keadilan sosial, dan kesadaran akan kekuasaan Allah. Allah menggambarkan ujian yang diberikan kepada pemilik kebun yang kaya sebagai bentuk peringatan bagi orang-orang yang melupakan kewajiban mereka terhadap sesama.

Para Pemilik Kebun Meyakini akan Memanen Kebun.

Allah berfirman dalam Surat Al Qalam Ayat 17-18:

“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah menguji para pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh akan memetiknya di pagi hari. Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin).”
(Surat Al Qalam Ayat 17-18)

Para pemilik kebun dengan sombong memutuskan bahwa hasil kebun mereka akan dimanfaatkan hanya untuk mereka sendiri, tanpa memberi bagian kepada fakir miskin. Hal ini menjadi tanda keserakahan mereka dan kurangnya rasa syukur kepada Allah.

Kebun Ditimpa Malapetaka Ketika Mereka Sedang Tidur.

Surat Al Qalam Ayat 19-20 menggambarkan kehancuran kebun mereka:

“Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.”
(Surat Al Qalam Ayat 19-20)

Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghancurkan kebun tersebut. Kehancuran ini menjadi pelajaran langsung bahwa kekayaan tidak berarti tanpa keberkahan.

Para Pemilik Kebun Berangkat Pagi-pagi untuk Panen.

Mereka bangun di pagi hari dengan keyakinan bahwa hasil kebun mereka masih utuh, seperti disebutkan dalam Surat Al Qalam Ayat 21-25:

“Lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari: ‘Pergilah di waktu pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.’ Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik: ‘Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu.’ Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).”
(Surat Al Qalam Ayat 21-25)

Para Pemilik Kebun Kecewa Saat Melihat Kebun Hancur.

Ketika sampai di kebun, mereka menemukan kehancuran total seperti yang dijelaskan dalam Surat Al Qalam Ayat 26-27:

“Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: ‘Sungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan). Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya).'”
(Surat Al Qalam Ayat 26-27)

Kekecewaan mereka mencerminkan penyesalan atas perbuatan mereka sebelumnya.

Para Pemilik Kebun Dinasihati agar Bertasbih.

Seorang di antara mereka yang lebih bijak mengingatkan:

“Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: ‘Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?’ Mereka mengucapkan: ‘Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.’”
(Surat Al Qalam Ayat 28-29)

Ini menjadi peringatan untuk senantiasa bersyukur dan mematuhi perintah Allah.

Para Pemilik Kebun Saling Menyalahkan.

Dalam situasi tersebut, mereka saling mencela seperti yang disebutkan dalam Surat Al Qalam Ayat 30-31:

“Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya saling mencela. Mereka berkata: ‘Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.’”
(Surat Al Qalam Ayat 30-31)

Para Pemilik Kebun Sadar dan Berdoa.

Kisah ini ditutup dengan doa mereka untuk mendapatkan pengampunan dan rahmat Allah:

“Semoga Tuhan kita memberi ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik dari itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.”
(Surat Al Qalam Ayat 32-33)

Kisah ini menjadi pelajaran untuk bertakwa kepada Allah dan bersikap adil kepada sesama manusia.

Penutup.

Kisah para pemilik kebun mengajarkan bahwa harta bukanlah milik mutlak manusia, tetapi amanah dari Allah. Dengan melupakan kewajiban berbagi, manusia tidak hanya merusak hubungan sosial tetapi juga mendatangkan murka Allah. Kisah ini menjadi pengingat untuk selalu mensyukuri nikmat Allah dan menggunakannya sesuai syariat.

Login

atau masuk dengan