Skip to content Skip to footer

Sikap Ahli Kitab (Yahudi/Nashrani) terhadap Alquran

Daftar Isi.

  • Pendahuluan.
  • Perintah kepada Ahli Kitab untuk Mengimani Al-Qur’an.
  • Sikap Ahli Kitab terhadap Al-Qur’an.
  • Sebagian Ahli Kitab Beriman kepada Al-Qur’an.
  • Penutup.

Pendahuluan.

Ahli Kitab, yakni kaum Yahudi dan Nasrani, menerima wahyu berupa Taurat dan Injil sebagai pedoman hidup. Namun, ketika Al-Qur’an diwahyukan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya, sebagian Ahli Kitab menunjukkan penolakan, bahkan kedengkian terhadap ajaran ini. Sikap mereka mencerminkan penolakan atas perintah Allah yang telah disampaikan kepada mereka melalui para nabi. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan Ahli Kitab untuk beriman kepada kitab terakhir ini sebagai bagian dari pengakuan mereka atas kebenaran wahyu Allah yang bersifat universal.

Perintah kepada Ahli Kitab untuk Mengimani Al-Qur’an.

“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan kepada Akulah kamu harus bertakwa.”
(Surat Al-Baqarah Ayat 41)

Allah secara langsung memerintahkan Ahli Kitab untuk menerima Al-Qur’an sebagai kelanjutan dari wahyu yang telah mereka terima. Penolakan terhadap Al-Qur’an menunjukkan sikap yang bertentangan dengan prinsip tauhid yang terkandung dalam kitab-kitab sebelumnya.

Sikap Ahli Kitab terhadap Al-Qur’an.

“Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon kedatangan Nabi untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu.”
(Surat Al-Baqarah Ayat 89)

Sikap Ahli Kitab terhadap Al-Qur’an bervariasi, namun mayoritas menunjukkan kedengkian dan penolakan. Mereka ingkar terhadap kebenaran yang terkandung dalam kitab ini, meskipun Al-Qur’an membenarkan wahyu yang telah diturunkan kepada mereka sebelumnya. Sebagian dari mereka bahkan berusaha mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan untuk menyesatkan umat Islam.

“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu campur-adukkan yang haq dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?”
(Surat Ali ‘Imran Ayat 71)

Penyembunyian kebenaran ini dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan dominasi mereka atas ajaran agama yang seharusnya tunduk kepada wahyu Allah.

Sebagian Ahli Kitab Beriman kepada Al-Qur’an.

“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.”
(Surat Ali ‘Imran Ayat 199)

Tidak semua Ahli Kitab menolak Al-Qur’an. Sebagian dari mereka menerima kebenaran Al-Qur’an dan beriman kepada Allah serta Rasul-Nya. Mereka ini adalah golongan yang tulus dalam menjalankan ajaran agama dan mendapatkan pahala besar di sisi Allah.

Penutup.

Sikap Ahli Kitab terhadap Al-Qur’an memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam. Penolakan mereka menunjukkan konsekuensi dari kedengkian dan ketidaktaatan kepada Allah, sementara keimanan sebagian Ahli Kitab menunjukkan bahwa kebenaran akan diterima oleh hati yang tulus. Al-Qur’an tetap menjadi mukjizat yang membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus.

Login

atau masuk dengan