Skip to content Skip to footer

Mengikuti Hawa Nafsu Dan Berprasangka

Daftar Isi.

  1. Pendahuluan.
  2. Larangan Mengikuti Hawa Nafsu.
  3. Dampak Buruk Berprasangka Buruk (Su’uzhzhan)
  4. Tajassus: Mengintai Keburukan Orang Lain.
  5. Larangan Ghibah dan Namimah.
  6. Penutup.

Pendahuluan.

Islam sangat menekankan pentingnya menjaga akhlak dan perilaku. Beberapa sifat tercela yang harus dihindari adalah mengikuti hawa nafsu, berprasangka buruk, tajassus, ghibah, dan namimah. Sifat-sifat ini tidak hanya merusak hubungan sosial tetapi juga mendatangkan dosa besar dan kerugian di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan peringatan keras terhadap perilaku ini, serta mengajarkan umat-Nya untuk menjauhi sifat-sifat tersebut.

Larangan Mengikuti Hawa Nafsu.

Mengikuti hawa nafsu adalah salah satu penyebab utama seseorang menjauh dari kebenaran. Dalam Surat Al Furqaan Ayat 43-44, Allah berfirman:

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami. Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.”
(Surat Al Furqaan Ayat 43-44)

Ayat ini menggambarkan betapa berbahayanya sifat ini karena dapat menjadikan manusia lebih sesat dari binatang.

Dampak Buruk Berprasangka Buruk (Su’uzhzhan)

Berprasangka buruk adalah perilaku yang dilarang dalam Islam. Dalam Surat Yunus Ayat 36, Allah berfirman:

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja. Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.”
(Surat Yunus Ayat 36)

Prasangka hanya akan membawa kesalahan dan menjauhkan seseorang dari kebenaran yang sejati.

Tajassus: Mengintai Keburukan Orang Lain.

Islam melarang umatnya untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Dalam Surat Al Hujuraat Ayat 12, Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”
(Surat Al Hujuraat Ayat 12)

Perilaku tajassus akan merusak kehormatan orang lain dan membawa dosa bagi pelakunya.

Larangan Ghibah dan Namimah.

Ghibah (menggunjing) dan namimah (mengadu domba) adalah sifat tercela yang merusak hubungan sosial. Dalam Surat Al Hujuraat Ayat 12, Allah berfirman:

“Dan janganlah menggunjing sebagian kamu akan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”
(Surat Al Hujuraat Ayat 12)

Perumpamaan ini menunjukkan betapa keji perbuatan ghibah di mata Allah.

Penutup.

Mengikuti hawa nafsu, berprasangka buruk, tajassus, ghibah, dan namimah adalah sifat-sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Dengan menjauhi sifat-sifat ini, seorang Muslim dapat menjaga kehormatan diri, memperbaiki hubungan sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah. Islam mengajarkan umatnya untuk menggantikan sifat-sifat tercela ini dengan perilaku mulia seperti menjaga lisan, berprasangka baik, dan saling menghormati.

Login

atau masuk dengan