Skip to content Skip to footer

Iri (Hasud), dan Memfitnah (Buhtan)

Daftar Isi.

  1. Pendahuluan.
  2. Larangan Bersikap Hasud (Iri Hati)
  3. Menuduh dan Memfitnah (Buhtan)
  4. Berbisik-bisik yang Menimbulkan Keburukan.
  5. Balasan Bagi Pelaku Hasud, Buhtan, dan Berbisik-bisik.
  6. Penutup.

Pendahuluan.

Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki akhlak mulia dan menjauhi perilaku tercela. Di antara perilaku tercela yang dilarang dalam Islam adalah hasud (iri hati), buhtan (menuduh dan memfitnah), serta berbisik-bisik yang menimbulkan keburukan. Perilaku ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga mendatangkan dosa besar dan balasan pedih di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan larangan tegas terhadap perilaku ini dan menjelaskan balasan yang akan diterima oleh pelakunya.

Larangan Bersikap Hasud (Iri Hati)

Hasud adalah perasaan tidak senang terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, disertai keinginan agar nikmat tersebut hilang dari mereka. Perilaku ini sangat dikecam dalam Islam karena mencerminkan ketidakpuasan terhadap ketentuan Allah. Dalam Surat An Nisaa Ayat 32, Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi para laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Surat An Nisaa Ayat 32

Ayat ini menegaskan bahwa iri hati bertentangan dengan keimanan dan merupakan bentuk ketidaksyukuran kepada Allah.

Menuduh dan Memfitnah (Buhtan)

Buhtan adalah tindakan menuduh atau memfitnah seseorang dengan tuduhan yang tidak benar. Perilaku ini sangat berbahaya karena dapat merusak kehormatan dan nama baik seseorang. Dalam Surat An Nisaa Ayat 111-112, Allah berfirman:

“Siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sungguh ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.”
Surat An Nisaa Ayat 111-112

Ayat ini memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang suka memfitnah, bahwa mereka akan memikul dosa besar dan balasan pedih di akhirat.

Berbisik-bisik yang Menimbulkan Keburukan.

Berbisik-bisik dalam Islam diperbolehkan hanya jika tujuannya untuk kebaikan. Namun, jika berbisik-bisik dilakukan dengan tujuan buruk seperti merencanakan fitnah atau kerusakan, maka perilaku ini sangat dilarang. Dalam Surat Al Mujadilah Ayat 9, Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul, tetapi bicarakanlah tentang kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
Surat Al Mujadilah Ayat 9

Ayat ini menegaskan bahwa berbisik-bisik yang mengarah pada dosa adalah perilaku tercela yang harus dihindari.

Balasan Bagi Pelaku Hasud, Buhtan, dan Berbisik-bisik.

  1. Azab di Dunia: Pelaku hasud, buhtan, dan berbisik-bisik akan kehilangan kehormatan di mata masyarakat. Hidup mereka akan dipenuhi dengan kebencian dan permusuhan.
  2. Azab di Akhirat: Mereka akan mendapat balasan berupa azab neraka atas perbuatan tercela mereka. Dalam Surat Al Ahzaab Ayat 58, Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Surat Al Ahzaab Ayat 58

  1. Penyesalan yang Mendalam: Mereka akan menyesali perbuatannya saat menghadapi pengadilan Allah di akhirat.

Penutup.

Hasud, buhtan, dan berbisik-bisik yang buruk adalah perilaku tercela yang sangat dilarang dalam Islam. Perilaku ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga menimbulkan dosa besar yang akan mendapat balasan pedih di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, umat Islam diperintahkan untuk menjauhi sifat-sifat tercela ini dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji seperti bersyukur, menjaga lisan, dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Dengan demikian, umat Islam dapat membangun masyarakat yang harmonis, penuh rahmat, dan keberkahan dari Allah.

Login

atau masuk dengan