Skip to content Skip to footer

Jiwa Manusia

Daftar Isi.

  • Pendahuluan.
  • Al Nafs al Ammarah (Jiwa Pendorong Kejahatan)
  • Al Nafs al Lawwamah (Jiwa yang Selalu Menyesali Diri)
  • Al Nafs al Muthmainnah (Jiwa yang Tenang)
  • Penutup.

Pendahuluan.

Jiwa manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jiwa tidak hanya berperan dalam pengendalian perilaku, tetapi juga menentukan kualitas keimanan dan ketaatan kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan tiga jenis jiwa manusia, yaitu Al Nafs al Ammarah, Al Nafs al Lawwamah, dan Al Nafs al Muthmainnah. Masing-masing jenis jiwa ini memiliki karakteristik yang berbeda, dan setiap manusia berpotensi memiliki ketiganya. Pemahaman terhadap jenis-jenis jiwa manusia ini dapat membantu manusia mengarahkan jiwanya ke arah yang lebih baik.

Al Nafs al Ammarah (Jiwa Pendorong Kejahatan)

Al Nafs al Ammarah adalah jiwa yang cenderung mendorong manusia untuk berbuat kejahatan. Jiwa ini selalu mengarahkan manusia kepada hawa nafsu dan dosa. Sifat jiwa ini disebutkan dalam firman Allah:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf [12]: 53)

Al Nafs al Ammarah adalah jiwa yang mendorong manusia untuk mengikuti hawa nafsu. Jiwa ini dapat menguasai seseorang ketika ia tidak memiliki kontrol diri dan tidak mendapatkan hidayah dari Allah. Nafsu yang tidak terkendali dapat menyebabkan manusia melakukan perbuatan dosa dan kemaksiatan. Oleh karena itu, manusia perlu memohon perlindungan kepada Allah dari pengaruh Al Nafs al Ammarah.

Al Nafs al Lawwamah (Jiwa yang Selalu Menyesali Diri)

Al Nafs al Lawwamah adalah jiwa yang selalu mencela dan menyesali diri atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Jiwa ini merupakan kesadaran manusia yang mendorongnya untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Firman Allah tentang jiwa ini adalah:

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyaamah [75]: 2)

Al Nafs al Lawwamah mendorong manusia untuk berintrospeksi dan mengoreksi kesalahan. Seseorang dengan jiwa ini akan merasa bersalah ketika melakukan perbuatan buruk dan berusaha memperbaikinya. Jiwa ini merupakan bentuk rahmat dari Allah agar manusia tidak terus-menerus berada dalam kesalahan. Kesadaran dari jiwa ini mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas iman dan amal shaleh.

Al Nafs al Muthmainnah (Jiwa yang Tenang)

Al Nafs al Muthmainnah adalah jiwa yang telah mencapai ketenangan, ketenteraman, dan kepuasan karena ketaatan kepada Allah. Jiwa ini diridhai oleh Allah, dan pemiliknya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Jiwa ini disebutkan dalam firman Allah:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr [89]: 27-30)

Al Nafs al Muthmainnah adalah jiwa yang telah mencapai ketenangan karena selalu berada di jalan Allah. Jiwa ini bersih dari keraguan dan selalu berserah diri kepada Allah. Manusia yang memiliki jiwa ini akan merasakan kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan dalam hidupnya. Pemilik jiwa ini akan mendapatkan penghargaan dari Allah dengan ditempatkan di surga-Nya.

Penutup.

Jiwa manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Al Nafs al Ammarah (jiwa pendorong kejahatan), Al Nafs al Lawwamah (jiwa yang selalu menyesali diri), dan Al Nafs al Muthmainnah (jiwa yang tenang). Setiap manusia memiliki ketiga jenis jiwa ini dalam dirinya. Tugas manusia adalah mengendalikan Al Nafs al Ammarah, memperkuat Al Nafs al Lawwamah, dan berupaya mencapai Al Nafs al Muthmainnah. Dengan mengenali dan memahami jenis-jenis jiwa ini, manusia dapat meningkatkan kualitas keimanan, mengendalikan hawa nafsu, serta memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Login

atau masuk dengan