Daftar Isi.
- Pendahuluan.
- Kepercayaan-kepercayaan Utama.
- Bahirah, Saibah, Washilah, dan Ham.
- Sesajian.
- Pengorbanan Anak Laki-laki.
- Anak Perempuan.
- Ibadah di Baitullah.
- Penyembahan Berhala.
- Malaikat sebagai Perempuan.
- Penutup.
Pendahuluan.
Pada masa Jahiliah, masyarakat Mekah memiliki kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan nilai-nilai tauhid. Kepercayaan ini mencerminkan kebiasaan turun-temurun yang dipertahankan meskipun tanpa dasar wahyu. Tradisi ini termasuk penyembahan berhala, perlakuan tidak adil terhadap anak perempuan, dan pengorbanan yang tidak masuk akal. Dalam dokumen ini, kita akan menelaah kepercayaan-kepercayaan tersebut berdasarkan bukti Alquran.
Kepercayaan-kepercayaan Utama.
Bahirah, Saibah, Washilah, dan Ham.
Dalam Surat Al-Maaidah Ayat 103-104, Allah menegaskan bahwa kepercayaan mengenai unta Bahirah, Saibah, Washilah, dan Ham adalah rekayasa manusia. Misalnya:
“Allah sekali-kali tidak mensyariatkan adanya Bahiirah, Saaibah, Washiilah, dan Haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat dusta terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.”
Surat Al-Maaidah Ayat 103
Sesajian.
Kepercayaan ini memisahkan hasil ternak dan tanaman untuk Allah dan berhala. Ayat Al-An’aam Ayat 136 menggambarkan ketidakmasukakalan praktik ini:
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: ‘Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami.’”
(Surat Al-An’aam Ayat 136)
Pengorbanan Anak Laki-laki.
Praktik mengorbankan anak sebagai bentuk pengabdian kepada dewa adalah tradisi keliru yang disebutkan dalam Surat Al-An’aam Ayat 137:
“Dan begitulah para pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama mereka.”
(Surat Al-An’aam Ayat 137)
Anak Perempuan.
Diskriminasi terhadap anak perempuan terlihat dalam Surat An-Nahl Ayat 58-59. Ketika lahir anak perempuan, para pria merasa malu:
“Dan jika seorang dari mereka dikabari (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padam) mukanya, dan ia sangat marah.”
(Surat An-Nahl Ayat 58)
Ibadah di Baitullah.
Orang-orang Jahiliah melakukan thawaf sambil telanjang dan menyembah berhala di Ka’bah. Allah menyangkal praktik ini dalam Surat Al-A’raaf Ayat 28:
“Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan keji. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
(Surat Al-A’raaf Ayat 28)
Penyembahan Berhala.
Berhala seperti Lata, Uzza, dan Manah disebut sebagai anak perempuan Allah dalam kepercayaan Jahiliah. Alquran membantahnya dalam Surat An-Najm Ayat 19-22:
“Maka patutkah kamu (orang musyrik) menganggap Lata dan Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?”
(Surat An-Najm Ayat 19-20)
Malaikat sebagai Perempuan.
Masyarakat Jahiliah menganggap malaikat sebagai anak perempuan Allah. Surat An-Najm Ayat 27-28 mengkritik keyakinan ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada akhirat, mereka sungguh menamakan malaikat dengan nama perempuan.”
(Surat An-Najm Ayat 27)
Penutup.
Kepercayaan-kepercayaan pada masa Jahiliah menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya berpegang pada ajaran tauhid. Alquran dengan jelas mengarahkan umat manusia untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut dan kembali kepada Allah.