Skip to content Skip to footer

Dakwah Syu’aib As. kepada Penduduk Madyan

Daftar Isi.

  1. Pendahuluan.
  2. Dakwah Nabi Syu’aib AS kepada Kaumnya.
  3. Pesan Moral dalam Dakwah Syu’aib AS.
  4. Penolakan Kaum Madyan terhadap Syu’aib AS.
  5. Pelajaran dari Kisah Syu’aib AS.

Pendahuluan.

Nabi Syu’aib AS adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyeru kaumnya, penduduk Madyan, agar kembali kepada tauhid dan meninggalkan kebiasaan buruk mereka. Kaum Madyan dikenal sebagai pedagang yang curang dalam takaran dan timbangan, serta melakukan berbagai kerusakan di muka bumi.

Dakwah Nabi Syu’aib AS menjadi pengingat bagi umat manusia akan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia perdagangan. Allah SWT menyebut kisah Syu’aib AS dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam Surat Al-A’raaf Ayat 85-87.

“Dan (telah Kami utus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sungguh telah datang kepadamu bukti nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangi bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Hal itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.'”
(Surat Al-A’raaf Ayat 85)

Dakwah Nabi Syu’aib AS kepada Kaumnya.

Syu’aib AS mengajak kaumnya untuk:

  1. Beriman kepada Allah: Menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka.
  2. Jujur dalam Takaran dan Timbangan: Tidak mengurangi hak-hak orang lain dalam jual beli.
  3. Menghindari Kerusakan: Tidak melakukan tindakan yang merusak lingkungan dan tatanan masyarakat.

“Dan Syu’aib berkata: ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.'”
(Surat Hud Ayat 85)

Pesan Moral dalam Dakwah Syu’aib AS.

Dakwah Syu’aib AS menyampaikan nilai-nilai penting, antara lain:

  • Kejujuran dalam Berdagang: Menjadi pedagang yang adil adalah bentuk ketaatan kepada Allah.
  • Menjaga Keharmonisan Sosial: Tidak hanya berfokus pada keuntungan pribadi, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
  • Kesabaran dalam Menyampaikan Kebenaran: Syu’aib AS tetap sabar meskipun ditolak oleh kaumnya.

“Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahi aku rezeki yang baik dari-Nya? Dan aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.”
(Surat Hud Ayat 88)

Penolakan Kaum Madyan terhadap Syu’aib AS.

Kaum Madyan menolak dakwah Syu’aib AS dengan berbagai alasan, seperti merasa terganggu oleh ajarannya dan menganggap Syu’aib AS sebagai ancaman bagi kebiasaan mereka. Mereka bahkan mengejek Syu’aib AS dengan berkata:

“Mereka berkata: ‘Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang diibadahi oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami?'”
(Surat Hud Ayat 87)

Penolakan ini membawa mereka kepada azab Allah SWT, yang menghancurkan mereka karena kezaliman yang mereka lakukan.

Pelajaran dari Kisah Syu’aib AS.

  1. Kejujuran dan Integritas: Kejujuran adalah nilai yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan, khususnya dalam perdagangan.
  2. Bahaya Kerusakan Sosial: Kerusakan yang dilakukan oleh manusia akan membawa kehancuran, baik di dunia maupun akhirat.
  3. Kesabaran dalam Berdakwah: Nabi Syu’aib AS adalah teladan bagi umat manusia dalam menyampaikan kebenaran dengan sabar dan bijaksana.

Penutup.

Kisah Nabi Syu’aib AS adalah pelajaran abadi bagi umat manusia. Allah SWT menjadikan kisah ini sebagai pengingat akan pentingnya kejujuran, kesabaran, dan komitmen untuk memperbaiki masyarakat. Kisah ini juga menunjukkan bahwa kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran akan membawa kepada kehancuran.

Login

atau masuk dengan